Kamis, 09 Oktober 2008

Berdamai di Kota Tua

*(W. DIOS)
Kreativitas akan menjadi jalan tengah untuk mengembangkan bisnis tanpa menghancurkan warisan peradaban masa lalu. Sejauh ini, perang kepentingan lebih mengemuka daripada kreativitas.

Sejarah hanyalah tumpukan debu yang akan lenyap duterpa angin, kata Napoleon Bonaparte. Namun, anak cucu Napoleon hingga abad ini, tak pernah menganggap kaisar Prancis itu berikut warisannya, sebagai debu. Paris justru tampil sebagai Kota Pusaka yang diperkaya oleh peninggalan Napoleon.

Napoleon boleh mendebukan sejarah. Tapi, bila debu-debu itu berupa kekayaan seni, bangunan tua, wajah kota dan pusaka-pusaka lainnya, maka akan tetap menjadi ruh zaman yang menyemangati setiap generasi.

Persoalannya, sehebat apa pun ruh itu, bia ia tetap dianggap debu, maka rentan dilumatkan oleh angin. Angin ekonomi terus berhembus, mengikis, menggerogoti, bahkan memporak-porandakan bangunan-bangunan bersejarah di berbagai kota.

Kepentingan ekonomi agaknya masih sulit berdamai dengan kepentingan humanisme yang dikonkretkan dalam benda-benda peninggalan masa lalu.

*(dikutip dari Majalah Saudagar Edisi Oktober 2008)


Kembali ke Fokus edisi September
Kembali ke Halaman utama