Kamis, 09 Oktober 2008

Berdamai di Kota Tua

*(W. DIOS)
Kreativitas akan menjadi jalan tengah untuk mengembangkan bisnis tanpa menghancurkan warisan peradaban masa lalu. Sejauh ini, perang kepentingan lebih mengemuka daripada kreativitas.

Sejarah hanyalah tumpukan debu yang akan lenyap duterpa angin, kata Napoleon Bonaparte. Namun, anak cucu Napoleon hingga abad ini, tak pernah menganggap kaisar Prancis itu berikut warisannya, sebagai debu. Paris justru tampil sebagai Kota Pusaka yang diperkaya oleh peninggalan Napoleon.

Napoleon boleh mendebukan sejarah. Tapi, bila debu-debu itu berupa kekayaan seni, bangunan tua, wajah kota dan pusaka-pusaka lainnya, maka akan tetap menjadi ruh zaman yang menyemangati setiap generasi.

Persoalannya, sehebat apa pun ruh itu, bia ia tetap dianggap debu, maka rentan dilumatkan oleh angin. Angin ekonomi terus berhembus, mengikis, menggerogoti, bahkan memporak-porandakan bangunan-bangunan bersejarah di berbagai kota.

Kepentingan ekonomi agaknya masih sulit berdamai dengan kepentingan humanisme yang dikonkretkan dalam benda-benda peninggalan masa lalu.

*(dikutip dari Majalah Saudagar Edisi Oktober 2008)


Kembali ke Fokus edisi September
Kembali ke Halaman utama

Selasa, 02 September 2008

Menjebak ABG ke Ranjang Komersial

(W.DIOS)

Selagi kemiskinan masih mendera, jumlah anak yang dilacurkan akan meningkat. Jaringan yang abu-abu menjadikan bisnis seks ini sulit terlacak.


Perdagangan manusia (trafficking) merebak di berbagai negara. Anak-anak pun menjadi sasaran. Mereka dipekerjakan di berbagai industri, bahkan dilacurkan untuk kepentingan bisnis seks.

Di Indonesia, jumlah anak yang dilacurkan terus menggelembung. Tahun lalu Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) mencatat 748.817 anak dilacurkan. Semeter pertama tahun ini, 400.000 anak. “Memprihatinkan. Semester pertama ini jumlahnya sudah lebih dari separuh tahun lalu,” kata Ketua Umum Komnas Anak, Seto Mulyadi.

Pelacuran anak baru gede (ABG) terjadi di semua provinsi. Adayang dilacurkan di daerah setempat, ada juga yang dijual hingga ke luar negeri. April lalu, 3 anak perempuan asal Kota Semarang dibebaskan dari lokalisasi pelacuran di Marangkayu, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kaltim. Dua perempuan berusia 17 tahun dan seorang diantaranya dalam keadaan hamil 8 bulan, lalu seorang lagi berusia 14 tahun. Mereka terjebak ke lembah hitam di tanah seberang karena bujukan germo Mayang alias In yang akhirnya dibekuk Polres Kutai Kertanegara....*

*(Dikutip dari majalah SAUDAGAR edisi September 2008)

- Kembali ke Fokus September
- Kembali ke halaman Utama